Senin, 27 November 2017

Resensi Novel Tere Liye Harga Sebuah Percaya





Sang Penandai, Berdamai dengan Masa Lalu
Rizka Febriyana
Judul novel      : Harga Sebuah Percaya
Penulis             : Tere Liye
Penerbit           : Mahaka Publishing
Tahun terbit     : 2017
Tebal Buku      : 298 halaman
ISBN               : 978-602-9474-12-1
            Tere Liye lahir pada 21 Mei 1979 di Lahat, Indonesia. Nama aslinya adalah Darwis, dan Tere Liye merupakan nama pena yang berasal dari bahasa India yang berarti “untukmu”. Ia dikenal sebagai penulis novel, beberapa karyanya yang pernah diangkat ke layar kaca yaitu Hafalan Shalat Delisa dan Moga Bunda Disayang Allah. Meskipun dia bisa meraih keberhasilan dalam dunia literasi Indonesia, kegiatan menulis sekadar menjadi hobi karena sehari-hari ia bekerja sebagai akuntan. Karya yang telah ia buat ada lebih dari 20 novel yang sebagian adalah novel bestseller. Salah satu karya terbarunya adalah Harga Sebuah Percaya yang diterbitkan tahun 2017.
Harga Sebuah Percaya berkisah tentang Jim, yang sejak kecil amat percaya bahwa setiap kehidupan ditakdirkan memiliki satu cinta sejati. Berbeda dengan dongeng cinta yang lain, kisah ini diawali dengan sebuah perpisahan. Perpisahan yang menyakitkan, perpisaan antara Jim dan Nayla. Nayla adalah cinta sejati Jim namun karena cinta keduanya tak mendapat restu orang tua Nayla sedangkan Jim adalah manusia pengecut yang tidak bisa memperjuangkan cintanya. Akhirnya Nayla memilih untuk mengakhiri hidupnya. Kematian Nayla membuat Jim ingin mengakhiri hidupnya juga. Hingga akhirnya ia bertemu Sang Penandai yang memberikan kalimat bijak “Pecinta sejati tidak akan pernah menyerah sebelum kematian itu datang menjemput dirinya”.
Sang penandai mengajak Jim untuk melupakan masa lalunya untuk menjadi manusia yang bijaksana dengan pergi ke pelabuhan kota untuk ikut Armada Kota Terapung menjelajah Tanah Harapan. Akhirnya Jim menurut, dalam enam bulan ia merasakan pahit-getir perjalanan hidup menjadi kelasi Armada Kota Terapung. Kehidupan yang sibuk dengan pekerjaan sebagai kelasi rendahan, belajar dengan Pate kawan sesama kelasi, juga sosok Laksamana Ramirez yang gagah dan bijaksana, dan bertarung dengan perompak-perompak Yang Zhuyi  membuatnya menjadi sosok yang tak lagi pengecut hingga berjalannya waktu Ia dapat melupakan masa lalunya.
Dalam novel ini alur yang digunakan cukup rumit, beberapa kalimat susah untuk dipahami, dan beberapa lembar halaman yang hilang. Selain itu terdapat tokoh yang diceritakan kembali memiliki sifat seperti sosok yang disebutan telah meninggal sehingga membingungkan pembaca. Ceritanya pun terkesan monoton dan hanya mengarah pada satu permasalahan.
Namun diantara kelemahan tersebut, novel ini memiliki kelebihan yaitu dikemas dengan kisah yang sangat menarik, kisah cinta dengan penempatan setting yang bagus, suasana beberapa ratus silam yang begitu menyatu dengan suasana kehidupan dalam armada kapal, membuat pembaca hanyut dalam kisah novel tersebut. Novel ini memberikan banyak nasihat agar kita tidak melulu menyesali kesalahan yang pernah terjadi. Agar kita bisa berdamai dengan masa lalu dan untuk langkah pasti di masa depan. Novel ini sebagian besar tentang cinta dan perasaan sehingga sangat cocok untuk dibaca dan dimiliki oleh remaja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengarustamaan Ham

Bekerjasama dengan The Asia Foundation dan Ditjen Badilag Mahkamah Agung Republik Indonesia, Kalijaga Institute for Justice (KIJ) UIN Su...