Senin, 20 November 2017

Rendahnya Minat Mengajar di Daerah Terpencil



Rendahnya Minat Mengajar di Daerah Terpencil
Oleh:  Rizka Febriyana
Pendahuluan
Pendidikan merupakan suatu wadah yang sangat penting bagi kehidupan, karena dengan menjadi seseorang yang berpendidikan kita menjadi generasi yang mengenali lingkungannya secara lebih baik. Berbicara mengenai pendidikan di indonesia memang tidak akan ada habisnya. Mulai dari tingkat atai taraf pendidikan kita itu sendiri yang menghasilkan prestasi- perstasi yang baik dikancah nasional hingga internasional. Namun pendidikan di indonesia pada saat ini masih saja belum terealisasi secara sempurna di berbagai penjuru daerah. Banyak sekali kensenjangan yang terjadi, seolah-olah pendidikan itu hanya terpusat di perkotaan saja, dan pendidikan  di daerah- daerah terpencil hingga kini masih belum tersentuh pendidikan sepenuhnya . Pendidikan di pusat- pusat kota sudah terkesan lebih maju dan lebih awal dalam mengembangkan pendidikan mulai dari kualitas yang super eksklusif seperti penerapan sistem pendidikan berbasis komputer, kurikulum pendidikan yang terus mengalami perkembangan, serta fasilitas sekolah- sekolah elite yang sangat mendukung terselenggaranya pendidikan di pusat- pusa kota.
Bagaikan langit dan bumi. Ibarat ini tidak berlebihan karena sangat terpaut cukup signifkan apabila segala bentuk sistem pendidikan diperkotaan yang terfasilitasi terkemas dengan apik seperti  penerapan sistem pendidikan berbasis komputer, kurikulum pendidikan yang terus mengalami perkembangan, serta fasilitas sekolah- sekolah elite yang sangat mendukung terselenggaranya pendidikan di pusat- pusa kota itu sangat berbeda dengan penerapan pendidikan yang diterima didaerah terpencil. Apabila hal itu terus terjadi dan dibiarkan begitu saja anak bangsa di dareah pedalaman akan terus mengalami penderitaan dalam kata lain mereka belum dapat melihat bagaimana “dunia luar” setelah lamanya moderenisasi terjadi hingga dewasa ini. Anak di daerah terpencil seolah hanya bernasib sial . Anak bangsa yang tinggal di daerah pelosok dengan jumlah yang tidak sedikit itu hingga kini masih terpuruk keadaanya juga sangat terbelakang bukan hanya tempat tinggal, status sosial, maupu ekonomi yang rendah tetapi yang paling dikhawatirkan pendidikan di daerah tertinggal tersebut masih sangat jauh dari kata pantas.
Sebelumnya mari kita melihat definisi dari pendidikan itu sebelum mencari berbagai penyebab yang menjadikan kesenjangan pendidikan di daerah perkotaan dan di pelosok daerah. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata dasar (mendidik), yaitu memlihara dan memberi latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan pendidikan mempunyai pengertian yaitu proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perbuatan, dan cara mendidik. Ki Hajar Dewantara, sebagai tokoh pendidikan nasional indonesia, peletak dasar yang kuat pendidikan progresif untuk generasi sekarang dan generasi yang akan datang merumuskan pengertian pendidikan sebagai berikut “ pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan pertumbuhan budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelektual dalaam tubuh anak) dalam Taman Siswa tidak boleh dipisah- pisahkan bagian itu agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup, kehidupan, dan penghidupan anak- amak yang kita didik, selaras dengan dunianya. ( Ki Hajar Dewantara, 1977:14).
 Dari pengertian dan pendapat ahli diatas jika ditelusuri lebih lanjut, pendidikan sangat penting bagi kehdupan bangsa. Karena dengan adanya pendidikan anak bangsa dapat megembangkan potensi dirinya untuk dapat hidup dan melangsungkan kehidupan yang lebih baik. Efek langsung dari pendidikan adalah dengan adanya mendapatkan pengetahuan yang luas, kita dapat memperoleh keahlian dari pengetahuan tersebut sehingga lingkungan kita pun akan memperoleh dampak yang positif pula. Pendidikan memberikan pelajaran yang begitu penting bagi manusia untuk mengenal dunia sekitar. Namun sangat disayangkan apabila negara ini dengan daerah yang begitu kaya raya bahkan memiliki berbagai macam keanekaragaman, tetapi sangat rendah dan kurang merata kualitas pendidikannya.
Minat mengajar di pelosok daerah sangat rendah
Di era global yang ditandai dengan pertumbuhan yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan industri, kompetisi, dalam semua aspek kehidupan sangat diperlukan SDM yang berkualitas. Oleh karena itu, pendidikan di Indonesia perlu ditingkatkan tidak hanya di pusat kota saja tetapi hingga ke pelosok negeri. Menurut data Badan Pusat Statistik 2007 problem kemiskinan di daerah pelosok harus ditingkatkan pemerataan pendidikannya, terutama bagi kelompok masyarakat miskin berjumlah sekitar 38,4 juta atau 17,6 persen dari total penduduk Indonesia. Selain itu dibutuhkan tenaga pendidik yang dapat menguasai ilmu agar dapat membagikan ilmunya kepada anak bangsa di pedalaman. Tenaga pendidik harus mampu mengupayakan pemberantasan buta huruf sehingga sedikit demi sedikit hasil dari upaya pendidikan di daerah terpencil menuai hasil yang lebih baik.
Kurangnya pemerataan pendidikan di Indonesia terutama akses memperoleh pendidikan bagi masyarakat miskin di pelosok daerah menjadi suatu masalah klasik yang hingga kini belum ada langkah- langkah strategis dari pemerintah untuk untuk menanganinya. Pemerintah telah menerapkan berbagai kebijakan seperti UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, Pasal 5 ayat 1 menyatakan bahwa “ setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu” dan pasal 11 ayat 1 menyatakan “ Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi.” Undang- Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan guna meningkatkan kualitas dan kesejahteraan hidupnya.
Pemerintah memang  tak henti- hentinya memberikan kebijakan demi kemajuan pendidikan, namun kebijakan demi kebijakaan seakan hanya menjadi Oase di tengah padang pasir yang kesejukannya hanya sesat saja. Dalam praktiknya, pendidikan tetap menjadi permasalahan yang sulit diselesaikan. Dibalik segala yang diamanatkan oleh pemerintah sangat berbeda dengan segala upaya untuk mewujudkan pemerataan pendidikan di pelosok daerah di Indonesia. Ironisnya lagi banyak generasi muda sebagai calon pendidik enggan bekerja atau ditempatkan di daerah pelosok. Beberapa alasan yang menyebabkan generasi calon pendidik tidak mau mengajar di daerah pelosok diantaranya terdapat dibawah ini.
Pertama,  Akses dari rumah menuju ke sekolah yang jauh
Letak sekolah yang sulit dijangkau merupakan salah satu kendala mengajar di pelosok daerah. Setiap hari untuk menuntut ilmu saja mereka harus rela berjalan sampai berkilo- kilo meter jauhnya. Mereka juga harus melewati sungai- sungai yang arusnya deras tak jarang jembatan yang tersedia tidak layak untuk digunakan ataupun naik turun pegunungan untuk dapat ke sekolah. Selain itu juga karena jarak, banyak kaum pendidik yang tidak betah bertugas. Hal inilah mengapa generasi muda tidak minat untuk mengajar di pelosok daerah.  Bayangkan dengan di perkotaan, akses dari rumah kesekolah sangatlah mudah. Bahkan banyak sekali transportasiyang dapat dipakai untuk menempuh jarak dari rumah ke sekolah. Inilah yang seharusnya mendapat perhatian dari pemerintah agar siswa maupun calon tenaga pendidik dapat dengan mudah menuntut ilmu sama seperti yang lainnya.
Kedua, Kurangnya pengetahuan tentang pendidikan dimasyarakat pelosok daerah
Para orang tua didaerah terpencil juga apatis dengan keberlangsungan pendidikan anaknya, ibaratnya untuk membeli pakaian pantas pakai saja tidak mampu apalagi menyekolahkan anaknya. Sehingga pikiran mengesampingkan pentingnya pendidikan pun merayapi pikiran para orang tua di daerah terpencil. Bagi mereka berkebun lebih menguntungkan daripada belajar dibangku sekolah. Tidak jarang jika dalam satu kelas hanya terdapat tiga sampai lima anak saja, karena yang lain dituntut untuk membantu orang tua bekerja di ladang. Para guru harus mengajak anak –anak yang lain untuk berangkat ke sekolah. Hal ini menjadi kerepotan tersendiri tidak jarang guru pun lengah untuk mengajar anak didiknya karena sedikit sekali anak didiknya yang berangkat, begitu sebaliknya anak- anak yang semangat untuk kesekolah tidak mendapat pelajaraan di karenakan guru tersebut tidak hadir. Seharusnya pemerintah pusat memberikan mandat kepada pemerintah daerah dan instansi jajarannya yang berwenang agar memberikan sosialisasi tentang pentingnya pendidikan di pelosok daerah kepada warga diseluruh daerahnya masing-masing sehingga para orang tua lebih terbuka wawasannya untuk membiarkan anak- anaknya menempuh pendidikan setinggi mungkin. Sehingga para calon pendidik dapat mengajar siswa dengan baik.
Ketiga, satu dari masalah yang lain yang selalu membelit sistem pendidikan di Indonesia adalah rendahnya anggaran pendidikan yang di sediakan oleh negara. Hal itu diyakini sebagian kalangan sebagai akar dari buruknya pendidikan di Indonesia. Alokasi dana yang rendah untuk sektor pendidikan, dimana penganggaran dialokasikan dibawah 10% dari APBN. Selain jumlah anggaran yang bernilai masih rendah itu, pemerataannya pun tidak tersebar ke seluruh pelosok daerah. Sehingga tidak menutup kemungkinan jika fakta dilapangan terdapat ketimpangan pendidikan antara di daerah perkotaan dan dan di daerah terpencil.
Menanggapi permasalahan seperti itu seharusnya pemerintah memenuhi kewajiban sesuai dengan konstitusi yang ada seperti pada pasal 31 ayat (4) UUD 1945 yang berbunyi “ Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang- kurangnya 20% dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional”. Maka tidak ada kemungkinan lain selain bahwa negara wajib memprioritaskan anggaran pendidikan dalam APBN dan APBD dengan perioritas di daerah pelosok dari tahun- tahun ke depan selalu meningkat. Harapannya dengan anggaran yang besar dapat memberika seluas- luasnya kepada masyarakat kesempata pendidikan dengan membangun gedung- gedung sekolah, penambahan dan pemerataan tenaga pengajar, serta meningkatkan penambahan gaji guru dipedalaman. Selain itu, pemerintah harus membangun jalan dan menyediakan listrik untuk mendukung proses berjalannya pendidikan.
Keempat, tingkat kesejahteraan guru di daerah terpencil sangat rendah. Mengapa tingkat keejahteraan guru di pelosok daerah sangat rendah?. Berangkat dari fakta- fakta dilapangan, guru yang mengajar di daerah pelosok mendapatkan gaji yang sangat rendah. Tidak sedikit guru di daerah pelosok hanya mendapat gaji kisaran Rp. 400.000 per bulan. Gaji yang paspasan sangat berbenturan dengan kebutuhan hidup yang semakin hari semakin tinggi. Misalnya sehari- hari ( kebutuhan makan, pakaian, dan ongkos pulang- pergi mengajar ke sekolah) tentunya membutuhkan uang yang lebih besar dari gaji yang didapatkan. Selain itu tidak sedikit guru di daerah pelosok harus merangkap menjadi wali kelas sehingga mengajar kurang lebih 20 jam pelajaran setiap minggunya. Jika dilogika jasa yang begitu besar tidaklah sebanding dengan gaji Rp.400.000 per blan saja.
Hal inilah mengapa generasi muda calon pendidik memilih untuk bekerja diperkotaan daripada di daerah terpencil. Padahal secara naluri pasti mereka memiliki keinginan untuk membagi ilmu kepada anak bangsa diberbagai pelosok daerah. Namun keinginan yang baik itu justru terpatahkan dengan kondisi di daerah terpencil menjadi momok mereka karena hidup di daerah terpencil tidaklah mudah seperti yang mereka bayangkan. Prisipnya agar anak- anak di daerah terpencil dapat mengenyam bangku sekolah, seharusnya guru di daerah pelosok lebih ditingkatkan kesejahteraan hidupnya dengan cara ditingkatkan pula gaji pokok, tunjangan dll, bahkan gaji mereka harus lebih tinggi daripada di perkotaan mengingat pengorbanan mengajar di daerah terpencil tidak dapat dibayangkan kesulitannya. Jika kesejahteraan guru di daerah terpencil akan ditingkatkan maka akan banyak para calon pendidik yang berminat untuk bekerja disana. Dengan peningkatan minat calon pendidik mengajar di daerah terpencil menambah pula tingkat kecerdasan  anak- anak di berbagai pelosok negeri.
Kesimpulan
Pendidikan mempunyai peranan penting dan strategis dalam pembangunan bangsa serta memberi kontribusi signifikn terhadap pertumbuhan ekonomi dan transformasi sosial. Pendidikan akan menciptakan masyarakat terpelajar,yang menjadikan terbentuknya masyarakat yang maju,mandiri, sejahtera, dan bebas dari kemiskinan. Mengingat pendidikan itu sangatlah penting sekali bagi kemajuan bangsa, karena dengan pendidikan  sumber daya manusia (SDM) menjadi meningkat. Peningkatan SDM akan tercipta fikiran- fikiran inovatif yang dapat memajukan bangsa Indonesia yang lebih baik. Oleh karena itu, dalam hal ini pemerintah perlu untuk turun tangan dalam pemerataan pendidikan, mengatur kesejahteraan guru pendidik di daerah terpencil, baik segi fasilitas, akses jalan dari rumah ke sekolah, dan pembangunan gedung sekolah yang memadai. Sehingga seluruh masyarakat Indonesia terutama yang tinggal didaerah terpencildapat memperoleh hak yang sama dalam mengenyam bangku pendidikan.

Daftar pustaka
- M.kompasiana.com/merliantridus/kesejahteraangurudidaerahterpencil_564a
-http://jurnal hukum.blogspot.co.id/politicalwiil-pendidikan-indonesia
-http://liputan6/news/read/2044900/potret /pendidikan-daerah-terpencil&ei

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengarustamaan Ham

Bekerjasama dengan The Asia Foundation dan Ditjen Badilag Mahkamah Agung Republik Indonesia, Kalijaga Institute for Justice (KIJ) UIN Su...