Rendahnya Minat Mengajar di Daerah Terpencil
Oleh: Rizka Febriyana
Pendahuluan
Pendidikan merupakan suatu wadah yang sangat penting bagi kehidupan,
karena dengan menjadi seseorang yang berpendidikan kita menjadi generasi yang
mengenali lingkungannya secara lebih baik. Berbicara mengenai pendidikan di
indonesia memang tidak akan ada habisnya. Mulai dari tingkat atai taraf
pendidikan kita itu sendiri yang menghasilkan prestasi- perstasi yang baik
dikancah nasional hingga internasional. Namun pendidikan di indonesia pada saat
ini masih saja belum terealisasi secara sempurna di berbagai penjuru daerah.
Banyak sekali kensenjangan yang terjadi, seolah-olah pendidikan itu hanya
terpusat di perkotaan saja, dan pendidikan
di daerah- daerah terpencil hingga kini masih belum tersentuh pendidikan
sepenuhnya . Pendidikan di pusat- pusat kota sudah terkesan lebih maju dan
lebih awal dalam mengembangkan pendidikan mulai dari kualitas yang super
eksklusif seperti penerapan sistem pendidikan berbasis komputer, kurikulum
pendidikan yang terus mengalami perkembangan, serta fasilitas sekolah- sekolah
elite yang sangat mendukung terselenggaranya pendidikan di pusat- pusa kota.
Bagaikan langit dan bumi. Ibarat ini tidak berlebihan karena sangat
terpaut cukup signifkan apabila segala bentuk sistem pendidikan diperkotaan
yang terfasilitasi terkemas dengan apik seperti
penerapan sistem pendidikan berbasis komputer, kurikulum pendidikan yang
terus mengalami perkembangan, serta fasilitas sekolah- sekolah elite yang
sangat mendukung terselenggaranya pendidikan di pusat- pusa kota itu sangat
berbeda dengan penerapan pendidikan yang diterima didaerah terpencil. Apabila
hal itu terus terjadi dan dibiarkan begitu saja anak bangsa di dareah pedalaman
akan terus mengalami penderitaan dalam kata lain mereka belum dapat melihat
bagaimana “dunia luar” setelah lamanya moderenisasi terjadi hingga dewasa ini.
Anak di daerah terpencil seolah hanya bernasib sial . Anak bangsa yang tinggal
di daerah pelosok dengan jumlah yang tidak sedikit itu hingga kini masih
terpuruk keadaanya juga sangat terbelakang bukan hanya tempat tinggal, status
sosial, maupu ekonomi yang rendah tetapi yang paling dikhawatirkan pendidikan
di daerah tertinggal tersebut masih sangat jauh dari kata pantas.
Sebelumnya mari kita melihat definisi dari pendidikan itu sebelum
mencari berbagai penyebab yang menjadikan kesenjangan pendidikan di daerah
perkotaan dan di pelosok daerah. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan
berasal dari kata dasar (mendidik), yaitu memlihara dan memberi latihan
(ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan pendidikan
mempunyai pengertian yaitu proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan,
proses perbuatan, dan cara mendidik. Ki Hajar Dewantara, sebagai tokoh
pendidikan nasional indonesia, peletak dasar yang kuat pendidikan progresif
untuk generasi sekarang dan generasi yang akan datang merumuskan pengertian
pendidikan sebagai berikut “ pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk
memajukan pertumbuhan budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran
(intelektual dalaam tubuh anak) dalam Taman Siswa tidak boleh dipisah- pisahkan
bagian itu agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup, kehidupan, dan
penghidupan anak- amak yang kita didik, selaras dengan dunianya. ( Ki Hajar
Dewantara, 1977:14).
Dari pengertian dan pendapat
ahli diatas jika ditelusuri lebih lanjut, pendidikan sangat penting bagi
kehdupan bangsa. Karena dengan adanya pendidikan anak bangsa dapat megembangkan
potensi dirinya untuk dapat hidup dan melangsungkan kehidupan yang lebih baik.
Efek langsung dari pendidikan adalah dengan adanya mendapatkan pengetahuan yang
luas, kita dapat memperoleh keahlian dari pengetahuan tersebut sehingga
lingkungan kita pun akan memperoleh dampak yang positif pula. Pendidikan
memberikan pelajaran yang begitu penting bagi manusia untuk mengenal dunia
sekitar. Namun sangat disayangkan apabila negara ini dengan daerah yang begitu
kaya raya bahkan memiliki berbagai macam keanekaragaman, tetapi sangat rendah
dan kurang merata kualitas pendidikannya.
Minat mengajar di pelosok daerah sangat rendah
Di era global yang ditandai dengan pertumbuhan yang ditandai dengan
pertumbuhan dan perkembangan industri, kompetisi, dalam semua aspek kehidupan
sangat diperlukan SDM yang berkualitas. Oleh karena itu, pendidikan di
Indonesia perlu ditingkatkan tidak hanya di pusat kota saja tetapi hingga ke
pelosok negeri. Menurut data Badan Pusat Statistik 2007 problem kemiskinan di
daerah pelosok harus ditingkatkan pemerataan pendidikannya, terutama bagi
kelompok masyarakat miskin berjumlah sekitar 38,4 juta atau 17,6 persen dari
total penduduk Indonesia. Selain itu dibutuhkan tenaga pendidik yang dapat
menguasai ilmu agar dapat membagikan ilmunya kepada anak bangsa di pedalaman.
Tenaga pendidik harus mampu mengupayakan pemberantasan buta huruf sehingga
sedikit demi sedikit hasil dari upaya pendidikan di daerah terpencil menuai
hasil yang lebih baik.
Kurangnya pemerataan pendidikan di Indonesia terutama akses
memperoleh pendidikan bagi masyarakat miskin di pelosok daerah menjadi suatu
masalah klasik yang hingga kini belum ada langkah- langkah strategis dari
pemerintah untuk untuk menanganinya. Pemerintah telah menerapkan berbagai
kebijakan seperti UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional,
Pasal 5 ayat 1 menyatakan bahwa “ setiap warga negara mempunyai hak yang sama
untuk memperoleh pendidikan yang bermutu” dan pasal 11 ayat 1 menyatakan “
Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta
menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara
tanpa diskriminasi.” Undang- Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa setiap warga
negara berhak mendapatkan pendidikan guna meningkatkan kualitas dan
kesejahteraan hidupnya.
Pemerintah memang tak henti-
hentinya memberikan kebijakan demi kemajuan pendidikan, namun kebijakan demi
kebijakaan seakan hanya menjadi Oase di tengah padang pasir yang kesejukannya
hanya sesat saja. Dalam praktiknya, pendidikan tetap menjadi permasalahan yang
sulit diselesaikan. Dibalik segala yang diamanatkan oleh pemerintah sangat
berbeda dengan segala upaya untuk mewujudkan pemerataan pendidikan di pelosok
daerah di Indonesia. Ironisnya lagi banyak generasi muda sebagai calon pendidik
enggan bekerja atau ditempatkan di daerah pelosok. Beberapa alasan yang
menyebabkan generasi calon pendidik tidak mau mengajar di daerah pelosok
diantaranya terdapat dibawah ini.
Pertama, Akses dari rumah
menuju ke sekolah yang jauh
Letak
sekolah yang sulit dijangkau merupakan salah satu kendala mengajar di pelosok
daerah. Setiap hari untuk menuntut ilmu saja mereka harus rela berjalan sampai
berkilo- kilo meter jauhnya. Mereka juga harus melewati sungai- sungai yang arusnya
deras tak jarang jembatan yang tersedia tidak layak untuk digunakan ataupun
naik turun pegunungan untuk dapat ke sekolah. Selain itu juga karena jarak,
banyak kaum pendidik yang tidak betah bertugas. Hal inilah mengapa generasi
muda tidak minat untuk mengajar di pelosok daerah. Bayangkan dengan di perkotaan, akses dari
rumah kesekolah sangatlah mudah. Bahkan banyak sekali transportasiyang dapat
dipakai untuk menempuh jarak dari rumah ke sekolah. Inilah yang seharusnya
mendapat perhatian dari pemerintah agar siswa maupun calon tenaga pendidik
dapat dengan mudah menuntut ilmu sama seperti yang lainnya.
Kedua, Kurangnya pengetahuan tentang pendidikan dimasyarakat pelosok
daerah
Para
orang tua didaerah terpencil juga apatis dengan keberlangsungan pendidikan
anaknya, ibaratnya untuk membeli pakaian pantas pakai saja tidak mampu apalagi
menyekolahkan anaknya. Sehingga pikiran mengesampingkan pentingnya pendidikan
pun merayapi pikiran para orang tua di daerah terpencil. Bagi mereka berkebun
lebih menguntungkan daripada belajar dibangku sekolah. Tidak jarang jika dalam
satu kelas hanya terdapat tiga sampai lima anak saja, karena yang lain dituntut
untuk membantu orang tua bekerja di ladang. Para guru harus mengajak anak –anak
yang lain untuk berangkat ke sekolah. Hal ini menjadi kerepotan tersendiri
tidak jarang guru pun lengah untuk mengajar anak didiknya karena sedikit sekali
anak didiknya yang berangkat, begitu sebaliknya anak- anak yang semangat untuk
kesekolah tidak mendapat pelajaraan di karenakan guru tersebut tidak hadir.
Seharusnya pemerintah pusat memberikan mandat kepada pemerintah daerah dan
instansi jajarannya yang berwenang agar memberikan sosialisasi tentang
pentingnya pendidikan di pelosok daerah kepada warga diseluruh daerahnya
masing-masing sehingga para orang tua lebih terbuka wawasannya untuk membiarkan
anak- anaknya menempuh pendidikan setinggi mungkin. Sehingga para calon
pendidik dapat mengajar siswa dengan baik.
Ketiga, satu dari masalah yang lain yang selalu membelit sistem
pendidikan di Indonesia adalah rendahnya anggaran pendidikan yang di sediakan
oleh negara. Hal itu diyakini sebagian kalangan sebagai akar dari buruknya
pendidikan di Indonesia. Alokasi dana yang rendah untuk sektor pendidikan,
dimana penganggaran dialokasikan dibawah 10% dari APBN. Selain jumlah anggaran
yang bernilai masih rendah itu, pemerataannya pun tidak tersebar ke seluruh
pelosok daerah. Sehingga tidak menutup kemungkinan jika fakta dilapangan
terdapat ketimpangan pendidikan antara di daerah perkotaan dan dan di daerah
terpencil.
Menanggapi permasalahan seperti itu seharusnya pemerintah memenuhi
kewajiban sesuai dengan konstitusi yang ada seperti pada pasal 31 ayat (4) UUD
1945 yang berbunyi “ Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-
kurangnya 20% dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran
pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan
pendidikan nasional”. Maka tidak ada kemungkinan lain selain bahwa negara
wajib memprioritaskan anggaran pendidikan dalam APBN dan APBD dengan perioritas
di daerah pelosok dari tahun- tahun ke depan selalu meningkat. Harapannya
dengan anggaran yang besar dapat memberika seluas- luasnya kepada masyarakat
kesempata pendidikan dengan membangun gedung- gedung sekolah, penambahan dan
pemerataan tenaga pengajar, serta meningkatkan penambahan gaji guru
dipedalaman. Selain itu, pemerintah harus membangun jalan dan menyediakan
listrik untuk mendukung proses berjalannya pendidikan.
Keempat, tingkat kesejahteraan guru di daerah terpencil sangat
rendah. Mengapa tingkat keejahteraan guru di pelosok daerah sangat rendah?.
Berangkat dari fakta- fakta dilapangan, guru yang mengajar di daerah pelosok
mendapatkan gaji yang sangat rendah. Tidak sedikit guru di daerah pelosok hanya
mendapat gaji kisaran Rp. 400.000 per bulan. Gaji yang paspasan sangat
berbenturan dengan kebutuhan hidup yang semakin hari semakin tinggi. Misalnya
sehari- hari ( kebutuhan makan, pakaian, dan ongkos pulang- pergi mengajar ke
sekolah) tentunya membutuhkan uang yang lebih besar dari gaji yang didapatkan.
Selain itu tidak sedikit guru di daerah pelosok harus merangkap menjadi wali
kelas sehingga mengajar kurang lebih 20 jam pelajaran setiap minggunya. Jika
dilogika jasa yang begitu besar tidaklah sebanding dengan gaji Rp.400.000 per
blan saja.
Hal inilah mengapa generasi muda calon pendidik memilih untuk
bekerja diperkotaan daripada di daerah terpencil. Padahal secara naluri pasti
mereka memiliki keinginan untuk membagi ilmu kepada anak bangsa diberbagai
pelosok daerah. Namun keinginan yang baik itu justru terpatahkan dengan kondisi
di daerah terpencil menjadi momok mereka karena hidup di daerah terpencil
tidaklah mudah seperti yang mereka bayangkan. Prisipnya agar anak- anak di
daerah terpencil dapat mengenyam bangku sekolah, seharusnya guru di daerah
pelosok lebih ditingkatkan kesejahteraan hidupnya dengan cara ditingkatkan pula
gaji pokok, tunjangan dll, bahkan gaji mereka harus lebih tinggi daripada di
perkotaan mengingat pengorbanan mengajar di daerah terpencil tidak dapat dibayangkan
kesulitannya. Jika kesejahteraan guru di daerah terpencil akan ditingkatkan
maka akan banyak para calon pendidik yang berminat untuk bekerja disana. Dengan
peningkatan minat calon pendidik mengajar di daerah terpencil menambah pula
tingkat kecerdasan anak- anak di
berbagai pelosok negeri.
Kesimpulan
Pendidikan
mempunyai peranan penting dan strategis dalam pembangunan bangsa serta memberi
kontribusi signifikn terhadap pertumbuhan ekonomi dan transformasi sosial.
Pendidikan akan menciptakan masyarakat terpelajar,yang menjadikan terbentuknya
masyarakat yang maju,mandiri, sejahtera, dan bebas dari kemiskinan. Mengingat
pendidikan itu sangatlah penting sekali bagi kemajuan bangsa, karena dengan
pendidikan sumber daya manusia (SDM)
menjadi meningkat. Peningkatan SDM akan tercipta fikiran- fikiran inovatif yang
dapat memajukan bangsa Indonesia yang lebih baik. Oleh karena itu, dalam hal
ini pemerintah perlu untuk turun tangan dalam pemerataan pendidikan, mengatur
kesejahteraan guru pendidik di daerah terpencil, baik segi fasilitas, akses
jalan dari rumah ke sekolah, dan pembangunan gedung sekolah yang memadai.
Sehingga seluruh masyarakat Indonesia terutama yang tinggal didaerah
terpencildapat memperoleh hak yang sama dalam mengenyam bangku pendidikan.
Daftar
pustaka
-
M.kompasiana.com/merliantridus/kesejahteraangurudidaerahterpencil_564a
-http://jurnal
hukum.blogspot.co.id/politicalwiil-pendidikan-indonesia
-http://liputan6/news/read/2044900/potret
/pendidikan-daerah-terpencil&ei
Tidak ada komentar:
Posting Komentar